Rss Feed
  1. Nasi Goreng

    Monday 25 March 2013

    Aku biarkan imaginasiku bernostalgia dengan radio renta milik nenekku, ketika kamu datang, mengusap rambutku dan menghidangkan sepiring nasi goreng dengan senyum manismu. Aku ketagihan nasi gorengmu dan aku mencintai kamu melebihi apapun.

    Dok. Pribadi (Dapur Astata)


    "Terima kasih"

    Saatnya untuk menyantap gelora asmara yang lama tak berjumpa dengannya, ketika aku sibuk memikirkan persiapan pernikahanku dengan Rena. Rena masih berharap aku menjadi suami yang setia untuknya, setia, cinta atau tubuhku, entahlah.

  2. Dua Kali Menikah

    Wednesday 13 March 2013

    Mataku menelanjangi hamparan taman yang indah, taburan rumput nan hijau menambah suasana romantis yang terbangun dan sebuah pohon yang menjadi kenangan terindah aku dan kamu Ra telah berubah cantik dan mempesona.

    ***

    "Kak, sekolah kok pake baju bebas sih? gak pake seragam seperti ira?"

    Aku harus ketawa Ra, wajahmu serius sekali menanyakan hal itu di sudut taman ketika kamu bermain lombat tali bersama tiga temanmu di bawah pohon yang sedikit kurus.

    "Iya, Ira manis kakak kuliah, seragamnya bebas tapi sopan dan rapi"

  3. [Prompt#5] Mantan Bos

    Tuesday 12 March 2013

    Roni menekan nama Ririn di handphonenya, tak ada jawaban. Di letakkannya handphone di atas meja kerjanya, Roni sangat jengah. Diulang ke tiga kalinya, tetap tak ada jawaban, hingga akhirnya sebuah pesan singkat masuk, dari Ririn.

    "Aku pulang sore mas, beli majalah dulu, ada tulisanku di situ"

    Roni menulis dalam kolom replay,

    "Hati-hati ya Rin, bareng Raka kan?"

    "Iya"

    Syukurlah, Roni sangat mencintai adiknya dan tidak akan tinggal diam jika ada yang membuat adiknya sakit hati. Seperti yang dilakukan lelaki sebelum Raka, Ririn sempat masuk UGD ketika mengetahui lelaki yang sebagai pacarnya berselingkuh dengan wanita lain. Roni tidak segan membabat karir lelaki yang tidak lain adalah bosnya.

    Tiba-tiba Marni, istrinya masuk,

    "Mas, buka amplop ini"

    Roni membuka amplop cokelat, berisi lembaran foto dan surat, foto-foto Ririn topless di kamar hotel, kapan?  Ririn? Adikku? mengapa bisa seperti ini? dan surat itu dibaca dengan tangan gemetaran.

    "Seperti ini adikmu, serahkan jabatanmu padaku atau aib Ririn akan kubeberkan"

    Roni menghempaskan lembaran itu ke lantai. Marni terdiam melihat Roni yang tampak gelisah. 

    "Tidak, jangan sekarang. Kasihan Ririn jika dia tahu tentang semua ini." Ucapnya pada diri sendiri.

    Roni menatap Marni yang sedang mengandung anak pertamanya. Mereka butuh biaya yang besar jika harus melepaskan karirnya. Ririn tidak pernah mengatakan hal itu, Roni sangat percaya adiknya. Tangan Roni mengepal, tarikan nafasnya teramat berat dan dalam hati Roni berujar,

    "Kenapa tidak kubunuh mantan bosku yang keparat itu"


  4. Pintu kulkas begitu jauh dari jangkauanku, selimut berjuntai di atas tempat tidur, suara beep pesan masuk di handphone menghentikan kerja kakiku.

    "Sehari lagi sayang, bersiaplah untuk wawancara itu"

    Beres, tenang saja masih besok, aku sudah paham benar wawancara yang akan berlangsung dari temanku yang sudah bekerja di temapat itu, aku pasti bisa buat apa harus bersiap, sms gak bermutu dari kakakku, ku sudah lima kali ikut wawancara dan pasti aku diterima.

  5. Hari telah begitu senja, aku percepat langkah kakiku, begitu terburu berlomba dengan rindu yang teramat sangat, aku merasa tersanjung dia meluangkan waktunya untukku, wajahku memerah dan bibirku terhias senyum yang masih menarik diusiaku yang ke-35.

    "Selamat datang, sudah resenvasi?"
    "Saya...teman saya sudah menunggu"
    "Baiklah, selamat menikmati"

    Alunan suara Melly dan KD menambah romantisme makan malam para penikmat sajian restoran, jantungku berdegub kencang.


  6. Prompt#4: GILA

    Wednesday 6 March 2013

    Komputer itu sudah dimatikan, tas sudah tersusun dengan dokumen yang rapi, Bayu pemilik tas itu berjalan keluar ruangan dengan sedikit kegembiraan cutinya telah ditanda tangani atasannya. Kini Bayu melangkah menyeberangi jalanan Ibu kota Jakarta.

    "Mas, tiket ke Jogja, besok pagi"

    "Berapa orang mas?"

    "Satu saja, masih ada?"

    "Masih mas, tinggal dua"
    ***
    Bus AKDP Jurusan Jakarta-Yogyakarta membawa setumpuk rasa rindu setelah setahun Bayu tidak pulang, dia harus mencari nafkah dan tak mampu membawa keluarganya yang hanya ibu dan Risa untuk tinggal di tempat kos yang sempit. Sepanjang perjalanan Bayu mendekap boneka impian Risa, boneka berwarna pink yang diminta melalui telepon beberapa bulan lalu.


  7. Aku rindu bibi di Bandung, dua puluh tahun tidak pernah menghubunginya, papa dan mama hanya menyampaikan bibi baik-baik saja dirumah eyang. Namun ada yang menggerakkanku menekan nomor telepon di rumah tua itu dan tak butuh waktu lama, 

    "Dengan Sophia disini,  berbicara dengan siapa?"
    "Bi, apa kabar? ini Husni, sekarang di Sily Bi"

    "Hi, kenapa lama sekali baru menelepon?"
    Terdengar suara tangisan, bulu kudukku berdiri, tangisan bibi seperti dekat sekali disampingku.

    "Bi, kenapa Bibi menangis?"
    Tangisannya semakin pecah, dua puluh tahun waktu yang begitu lama dan sama sekali aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.