Rss Feed
  1. Bayangan Semu

    Sunday 17 February 2013

    Aku tergugu menatapnya, entah apa aku senang, aku bahagia atau aku harus memelukmu dan berkata,
    " semua akan baik-baik saja" kataku santai
    Dan tanpa kutahu, dia menendangku, jauh aku tersungkur, tak sadar mataku nanar ketika air mataku mulai jatuh, tes tes satu demi satu, nafasku tersenga.
    "sampai kapan semua akan baik-baik saja? sampai aku mati? sampai ingatanmu akan hilang, haaaah?" Perkataannya sama sekali tidak memperdulikan aku,

     
    Geram, geram sekali dengan kepalan tangan yang keras, matanya menatapku tajam melukai mataku yang basah.
    "kemana nuranimu? kemana larinya?" Dia bertanya seraya mengangkat meja dan dilemparkannya keluar ruangan.
    Here

    "Aku gak tahu, aku gak tahu kenapa jadi begini, aku sakit, aku butuh kamu"
    Nafasku hampir habis, aku sadar aku tak pernah menghiraukan dia lagi, aku tak pernah bermanja dan berkeluh kesah dengan dia, iyah setelah kehadiran masa laluku, aku tak pernah sedikitpun mencumbunya, sekedar ber say hello pun hanya sebuah formalitas saja, dan hasilnya...
    "sakit? kau pikir aku tidak lebih sakit dari kamu? kau pikir aku akan senang memandangmu bergumul dengan masa lalumu?" 
    Ya Allah, kenapa aku jadi begini? aku melupakan dan nyaris kehilangan dia hanya dengan kedatangan masa laluku?? bukankah dia yang membuat hidupku jadi berarti, jadi rame dan terasa hidup?

    Akhirnya pertahanan hatiku jebol, nafas yang sesak kian melebar, 
    "okay, aku minta maaf, benar dengan jujur kuakui masa lalu yang tiba-tiba datang sedikit membuatku merasa berhenti..."
    "Sedikit? tolong diperjelas"
    Dalam kesakitan hatiku, 
    "selalu memang, masa laluku menyita ruang imaginasiku bersamamu, menutup diskusi hebat antara ruang nyata bersamamu, sejenak...oh tidak, setiap hari aku merasa menjadi permaisuri yang disunting oleh raja dengan luapan kata cinta dari masa laluku, aku tertawan dalam kemajemukkan yang entah sebenarnya itu semu!!!, aku minta maaf"
    Mataku basah, hatiku sakit, separuh nafasku hilang bersama dia, dia yang selalu menyemangatiku untuk menulis, untuk selalu berimaginasi, kini aku harus mencarinya lagi, aku harus merengek penuh harap agar dia mau kembali kepadaku menemaniku berimaginasi dan menulis dalam nyata, tidak masa laluku, tapi dia dia imaginasiku dia semangatku untuk menulis, kutunggu dibatas penantian terakhirku.
     


     


  2. 1 comments:

    1. Unknown said...

      Ini fiksi kah, mak? Kalau iya, ceritanya oke, walau aku masih bingung, mana si suami atau mana si istri. Tapi kalau ini bukan fiksi, eemmm... no komen deh XD

    Post a Comment