Musim
hujan ditahun ini sangat berbeda dengan musim hujan tahun-tahun yang lalu, Dita
selalu membenci hujan, bila hujan turun Dita tidak mau seorang diri, harus ada
yang menemaninya, siapapun dia, dimanapun itu. Hujan tahun ini sedikit membuat
Dita nyaman dalam belaian hujan dan berusaha menyenangi hujan yang turun,
semakin tegar, semakin lebih dewasa dan berusaha untuk lebih menikmati hujan
yang turun.
![]() |
Here |
“Dita....dit.... hay, hallo....?”
Yusna sahabatnya
yang selalu waspada ketika Dita sedang melamun berusaha membuyarkan lamunan Dita sore itu. Saat mereka sedang menunggu hujan reda.
“Eh na...gue denger kali, ga usah pake mikrofon sekenceng itu!!!!”
Dita
berusaha melototkan matanya mencoba bertampang garang didepan Yusna.
“Hay hallo...suara gue emang udah dari sononya kali keras! Ugh...udah kelar kerjaan lu? Hayuk pulang dah hampir gelap tuh langit...”
Yusna mengajak Dita
berkemas, namun yang diajak bergegas pulang
sedikit ogah-ogahan.
“Hay...non Dita melamun lagi...sudahlah ayo cepet e-mail ke Bapak Bos kita yang genit itu, kelar dan shut down your computer and cap cuuuuus teken tangan ke mesin bye...bye office.... ayo cepet buka e-mail, Dit....Dita.....”
Yusna kesal
setengah mati melihat ekspresi diam Dita yang tidak seirama dengan semangat
2013 Yusna.
“Diluar masih hujan na...gue pelan-pelanin kerjaan gue biar lebih lama gue dikantor, dan lu gak bakalan pulang kan???? kunci motor ada disaku gue.....?”
emang Dita
bisa saja, kunci motor Yusna diambilnya agar tidak pulang duluan dan menunggu
Dita pulang.
“Aduuuh Non Dita....gak usahlah dipakai acara disimpen tu kunci, gue bakalan ada terus disisi lu, tapi ini sudah hampir malam Dita...ayo dong....kerjaan gue udah kelar, ayo cepet laporkan kerjaan lu....eh, mau pulang gak sih lu?”
selidik Yusna
mengikuti arah mata Dita yang entah sedang memikirkan apa.
“Non, pulang yuks....”
Kembali Yusna mengajak Dita
“Tapi masih hujan diluar Yusna.....”
Dita menjawab dengan memanjangkan bagian terakhir
sehingga tersimpul senyum dibibir Dita.
“Kan gue bawa mantel Dita.....”
Yusna mengikuti nada suara Dita.
“Kan Mantel hanya buat lu seorang Yusna, gue bakalan kedinginan disiram air hujan na”
Dita sudah membayangkan dinginnya hujan yang di bencinya.
“Gue bawa mantel kelelawar, buat berdua cukup Dit, ayo pulang....”
Yusna memperhatikan
Dita yang sedikit terdiam mendengar jawabannya barusan. Tiba-tiba Yusna kaget
dan berdiri seakan-akan seperti baru saja salah masuk toilet. Yusna bengong dan
menutup mulutnya saat melihat tetesan air mata keluar dan menetes dipipi Dita.
“Hay, non Dita betapa tak kuasanya hati dan tangan ini melihat lelehan air mata yang terkulai lemas jatuh berguguran dipipimu....betapa ingin rasanya membawa tubuhmu dalam dekapan dan pelukanku, tapi apalah daya tangan seorang Yusna tak pernah sampai untuk meraihnya.....ups....cup cup dong ach Dit, I'm stay here just for you, please bring your soul with happier”
Suara Yusna melemah dan
melunak seketika melihat Dita menitikkan air mata, betapa tak kuasa melihat
sahabatnya sedih. Ingin sekali memeluk sahabat sedari kecilnya itu kedalam
pelukannya, betapa persahabatannya tak mampu mengatakan bahwa dia sangat
mencintai Dita jauh sebelum Ariel datang dan berkenalan sampai akhirnya mereka
berpacaran. Setahun sudah Dita dan Ariel putus, namun kesempatan itu tidak
mampu digunakan Yusna untuk menyatakan rasa cintanya, Yusna menikmati hari-hari
bersama Dita sebagai tetangga kompleks dan rekan dikantornya, betapa sangat
luar biasa kesempatan bersama Dita walau bukan menjadi seorang pacar Dita.
***
0 comments:
Post a Comment