Rss Feed
  1. Cita dan Cinta

    Monday, 17 June 2013

    Prompt #17  : Cita dan Cinta


    Hatiku begitu senang, takjub dan gembira. Anak pertamaku, Noe sebentar lagi akan melepas seragam merah putihnya. 

    "Ma, kenapa senyum-senyum sendiri?" pertanyaan Noe membuatku kaget, aku bergegas mengambil kunci mobil.

    "Kamu cakep sekali, semangat!!!" aku mengepalkan genggaman tanganku, aku grogi, aku panas dingin memperhatikan Noe. Noe yang akan meninggalkan sekolahnya.


    Aku memacu mobilku dengan kecepatan sangat sedang, hingga bisa dikatan pelan. Noe asyik menghadap gadget-nya, terkadang dia senyum-senyum sendiri juga. Aku merasakan aliran darah di dadaku tak menentu. Aku berperang melawan batinku, yang sekolah itu Noe, kenapa aku yang menjadi seperti ayam tersiram air panas?

    "Mama serius mau tinggal di KL?" Noe bertanya sendu.

    "Mama ada kerjaan di sana, Noe," jawabku dag dig dug.

    "Karena itu, Noe sekolah di Yogya?" tanya Noe dengan suara lirih.

    "Noe bakalan bareng Papa lagi, Nak. Mama cari uang dulu, nanti Mama diskusikan kalau Noe mau kuliah di KL" jawabku diplomatis. Aura kebahagiaan sedang melingkupiku.

    "Iya dech, itu kalian yang pilih, Ma! Noe nurut saja!!" Jawaban Noe mengguyurkan air kebahagian yang seketika akan terwujud menjadi kebahagiaan terindah untukku.

    Noe akan sekolah di Yogya, semuanya sempurna. Aku akan menjalani hari-hari baruku, tanpa Noe. Aku mencintai Noe, tapi aku berhak melanjutkan impianku, impian cita dan cintaku. Sebagai ibu, aku telah mendidik Noe dengan baik, Noe mendapat nilai tertinggi. Semua itupun tak lepas dari guru kelasnya, yang juga mencintaiku. Seseorang yang akhirnya memisahkan aku dengan Papa Noe. Seseorang yang memberiku kesempatan untuk ke KL.

    Handphoneku berbunyi beeb , sms masuk.

    Credit


    "Henidar, nilai Noe perfect, aku senang menjadi guru kelas Noe. And Now? Will You Marry Me?"

  2. Yang Kusayangi

    Wednesday, 12 June 2013

    Prompt 16#Yang Kusayangi

    Udara cukup panas di luar, aku menantikan orang yang sangat kusayangi datang. Aku merapikan rambut yang basah dengan jari ku, cantik, bajuku pemberian tanteku, bagus, perasaanku, sungguh kelam, kontras dengan hari ini.

    Dari kamar, suara gaduh itu mulai mengaduh, keras dengan tendangan-tendangan yang kadang membuatku bingung. Mengapa dipindahkan barang-barang dari toko ke apartemen yang mungil ini? Papa banyak uang, kerja pagi hingga malam. Mama, suka sekali belanja, hingga penuh, riuh segala perabotan, baju-baju, termasuk juga bajuku. Tapi aku tidak suka.

    "Braaaaak!!!!" suara itu lagi, kapan aku bisa nyaman tinggal di rumah ini. Papa berangkat tanpa kecupan sayang, terburu-buru. Mama berjalan mondar-mandir, aku tahu dia sedang gundah, aku segera berlari ke arah jendela, menantikan orang yang sangat kurindukan.

    "Cepat, aku tunggu!!! kamu terlambat!!" 

    Suara Mama menelepon, mataku menatap tajam jalanan dari jendela, matahari cukup panas, sepanas hati Mama. Hatiku berdebar, tas berwarna perak senada dengan gaun Mama yang berwarna abu-abu. Acara tak penting dihadiri Mama. Aku sangat tidak suka.

    Kupandangi jalanan di luar, hatiku berdebar!!! Mata Mama melotot ke arahku, aku benar-benar takut. Mama mendekatiku, ayo...datanglah orang yang kusayangi, aku enggak mau ditampar Mama. Mataku menatap jalanan luar ketika tangan Mama hendak meremasku, tiba-tiba...

    Mak Hana Picture
     
    "Assalamu'alaikum...Hanaaaa," suara itu akhirnya datang.

    "Eh, masih ada Ibu?" pemilik suara itu langsung kudekap, Mama meninggalkan kami dan melesat ke luar dan kulihat dari jendela telah memasuki mobil, entah milik siapa. Kini, Embak pengasuh yang kusayangi telah memelukku erat. Aku sangat menyukainya, bukan Mamaku. Usiaku tiga tahun, cantik dan mendapatkan sayang dari embak pengasuh.