Rss Feed
  1. Senyum itu

    Tuesday 5 February 2013

    “dear, datanglah untuk mengambil bingkisan dariku ya,”
    Sebuah pesan singkat terbaca dari sebuah layar android yang kupegang tanpa jeda. Memikirkan bagaimana rupanya wajah yang telah lama tak kujumpai.

    “aku harus pergi” kataku mengakhiri perbincangan dengan rekan kerjaku, beranjak dan melangkahkan kaki, turun dari tangga yang panjang, keluar kantor dan berlalu menyusuri jalanan yang mulai ramai di akhir bulan.
    Setiap hari, sebuah bangunan yang menyediakan makanan fast food menjadi saksi terukirnya perbincangan yang meneguhkan hati saya untuk lebih memilih menjadi seorang teman baginya.


    “apa kabar?” senyumnya sepuluh tahun yang lalu terlihat lebih segar, gagah dan hatiku berteriak kencang sekali. Aku tak sanggup harus berpikir jernih, desiran suara hati yang tak henti-hentinya berlomba menyenandungkan sebait puisi cinta dan lagu rindu kembali mencekat tenggorokkanku.
    “aku mau, kamu tidak usah menghubungi aku lagi”
    “kenapa?”
    “senyummu merobohkan segala keteguhan hatiku yang telah memilih seseorang, saat itu kau pergi tanpa memberi kepastian untukku”
    “lalu?”
    “aku pergi dan selamat tinggal”
    Here

    Tak kuasa aku melangkah, menikmati senyum terakhir itu, dan menepiskan desiran hati yang entah apa namanya. Terima kasih telah membiarkanku pergi dari sebuah dermaga yang kusebut senyum itu.
    ****

  2. 0 comments:

    Post a Comment