Rss Feed
  1. [BeraniCerita #1] Telepon Rumah Tua

    Wednesday 6 March 2013

    Aku rindu bibi di Bandung, dua puluh tahun tidak pernah menghubunginya, papa dan mama hanya menyampaikan bibi baik-baik saja dirumah eyang. Namun ada yang menggerakkanku menekan nomor telepon di rumah tua itu dan tak butuh waktu lama, 

    "Dengan Sophia disini,  berbicara dengan siapa?"
    "Bi, apa kabar? ini Husni, sekarang di Sily Bi"

    "Hi, kenapa lama sekali baru menelepon?"
    Terdengar suara tangisan, bulu kudukku berdiri, tangisan bibi seperti dekat sekali disampingku.

    "Bi, kenapa Bibi menangis?"
    Tangisannya semakin pecah, dua puluh tahun waktu yang begitu lama dan sama sekali aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.


    "Bi, Husni belum bisa pulang ke Indonesia, Husni kangen Bibi tapi...."

    "Bibi juga kangen, pulanglah ke Bandung"

    "Husni jadwalkan ya Bi"
    Aku menutup pembicaraan di telepon, ingatanku melayang ke sebuah rumah di Bandung.



    "Cuti sudah ditandatangani Pak Husni, selamat berlibur di Bandung"

    "Baik, terima kasih"
    Segera kutekan nomor telepon rumah eyang dimana Bibi berada. Lama tak ada yang mengangkat, tidak seperti kemarin...mungkin Bibi sudah terlalu tua dan enggan beranjak dari kursinya, tapi apakah Bibi tidak menikah? ach, yang kutahu aku kangen Bibi.
    "Husni ya?" Suara dari ujung telepon mengagetkanku, Bibi sudah tahu yang menelepon aku?

    "Iya Bi, besok saya akan terbang ke Jakarta dan langsung ke Bandung,"

    "Papa dan Mama tidak tahu kan?"

    "Iya, Papa dan Mama belum kuhubungi, biarlah untuk kejutan ya Bi"

    "Iya, rumah ini sudah menunggumu Husni"

    "Seperti apa Bi rumah eyang sekarang?"
    Jaringan telepon terputus, suara anjing melolong tinggi dan kepakan kelelawar sedikit membuat telingaku memanas, jaringan di sini memang seperti ini namun kenapa bulu kudukku berdiri? hawa dingin dari luar kah?
    ***
    Aku memasuki Travel yang membawaku ke Bandung, kuambil Handphone dan kutekan nomor rumah tua yang sebentar lagi akan kulihat.
    "Hallo Husni, sudah di Indonesia ya?"

    "Bibi selalu tahu Husni, Bibi terdengar gembira sekali hari ini?"

    "Iya, kan kamu mau melihat Bibi jadi Bibi harus menyiapkan yang terbaik buat kamu"

    Travel membawaku dari jakarta menuju Bandung tanpa kututup mataku, aku ingin menikmati perjalananku. Kurang lebih tiga jam, akhirnya supir taxi yang membawaku bertanya,

    "Pak, Perumahan Eks Spanyol Blok apa?

    "Blok A mas"
    Aku tidak yakin, Eks Spanyol dan Blok A, aku masih  ingat bentuk rumah tua itu dan ketika Travel hendak berbelok,

    "Pak, ini, ini rumahnya"
    Aku terlalu bersemangat dan merapikan bawaanku, mengambil sebuah gulungan gambar dari bawah jok. 

    "Benar yang ini pak rumah nya?"

    "Iya Pak, tunggu sebentar"

    "Bapak mau apa dirumah tua ini?"

    "Ini rumah Bibiku, aku mau menemuinya"

    "Pak, lihat" Sopir Taxi itu menunjuk ke arah rumah tua yang telah rusak dan bersarang laba-laba.

    "Ha...? Apa...? Ini...? Pak, tadi yang kulihat rumah tua yang masih bagus, kenapa?"
    Aku turun diikuti sopir Travel itu, aku sentuh bagian pagarnya-rapuh dan kelelawar keluar beterbangan dari dalam rumah. Kutekan nomor papaku,

    "Dimana Bibi Pa?"

    "Di Bandung, di rumah tua itu, ada apa?"

    "Kemarin Husni menelepon Bibi!"

    "Ha...?Bibimu sudah meninggal!"

    "Papa! Tadi Husni berbincang ditelepon sebelum ke Bandung, kenapa Papa bilang Bibi sudah meninggal?"

    "Apa...? sekarang, dimana kamu?"

    "Didepan rumah tua ini! kenapa membohongiku?"

    "Mama sekarang di Penjara dia yang membunuh Bibimu"

    Word : 500


  2. 6 comments:

    1. Kinzihana said...

      Whuaaaaa!
      Keren banget Mak. Seram sekali!

      Yes! No elipsis.

    2. Unknown said...

      Mak Hana makasih sudah mampir,
      Ada elipsis di ceritaku *tepok jidat dah

    3. Makasih udah ikutan ya Astin!
      Ide ceritanya bagus, tapi ada sedikit percakapan yang terlihat patah-patah.
      1. "Dimana Bibi Pa?"
      2. "Di Bandung, di rumah tua itu, ada apa?"
      3. "Kemarin Husni menelepon Bibi!"
      4. "Ha...?Bibimu sudah meninggal!"

      Ketika Husni bertanya pada poin 1, cukup aneh ketika papa menjawab poin 2, seharusnya papa bisa langsung menjawab di poin 4, baru kemudian Husni berkata di poin 3. Semoga berkenan dan lebih baik lagi :)

      Berani Cerita #02 sudah keluar, ikutan lagi ya :)

    4. Santi Dewi said...

      sereeem..... bagus mba ceritanya :)

    5. huaduh, ini rumah tua kenapa ceritanya pada bunuh2an begini yak? hihihihihi. *ketawa nenek lampir*

    6. Anonymous said...

      Saya kok terganggu dengan dialog dan narasi yang dibuat berbeda font yah?
      Kesannya tak menyatu.

    Post a Comment