Roni menekan nama Ririn di handphonenya, tak ada jawaban. Di letakkannya handphone di atas meja kerjanya, Roni sangat jengah. Diulang ke tiga kalinya, tetap tak ada jawaban, hingga akhirnya sebuah pesan singkat masuk, dari Ririn.
"Aku pulang sore mas, beli majalah dulu, ada tulisanku di situ"
Roni menulis dalam kolom replay,
"Hati-hati ya Rin, bareng Raka kan?"
"Iya"
Syukurlah, Roni sangat mencintai adiknya dan tidak akan tinggal diam jika ada yang membuat adiknya sakit hati. Seperti yang dilakukan lelaki sebelum Raka, Ririn sempat masuk UGD ketika mengetahui lelaki yang sebagai pacarnya berselingkuh dengan wanita lain. Roni tidak segan membabat karir lelaki yang tidak lain adalah bosnya.
Tiba-tiba Marni, istrinya masuk,
"Mas, buka amplop ini"
Roni membuka amplop cokelat, berisi lembaran foto dan surat, foto-foto Ririn topless di kamar hotel, kapan? Ririn? Adikku? mengapa bisa seperti ini? dan surat itu dibaca dengan tangan gemetaran.
"Seperti ini adikmu, serahkan jabatanmu padaku atau aib Ririn akan kubeberkan"
Roni menghempaskan lembaran itu ke lantai. Marni terdiam melihat Roni yang tampak gelisah.
"Tidak, jangan sekarang. Kasihan Ririn jika dia tahu tentang semua ini." Ucapnya pada diri sendiri.
Roni menatap Marni yang sedang mengandung anak pertamanya. Mereka butuh biaya yang besar jika harus melepaskan karirnya. Ririn tidak pernah mengatakan hal itu, Roni sangat percaya adiknya. Tangan Roni mengepal, tarikan nafasnya teramat berat dan dalam hati Roni berujar,
"Kenapa tidak kubunuh mantan bosku yang keparat itu"
Sip.
Mba Latree komennya sedikit ach, mana yang kudu ditambahin dan dikurangi? hehee, makasih ya
wow, mantap! keren mak.
mba Kartika, makasih dah mampir, keren yang bagian mana hayo?
keren mbak. tapi saran saya, paragraf yang awal katanya syukurlah itu, di jeda dunk, dikasi titik gitu, biar gak terlalu ngos2an :D
ea Mba Na, maksih sarannya. memang sebaiknya diberi titik ya? ayo titik berfungsilah
kayaknya mak astin harus berlatih memendekkan kalimat. Terlalu majemuk mak kalimatnya :) paragraf pertama itu satu kalimat sendiri lho ;)
Sip mbak ceritanya. dilematis. trus mesti gimana tuh Roni? kasian yaa :)
ririn, mengapa kau lakukan itu... huhuu
Roni, berpikirlah sebelum bertindak. membunuh bukanlah solusi, malah menambah masalah he2. oke mak idenya...:-)
Roni, jahat nian dikau...
Yakin nih, yang moto si mantan bos ya?
Mak Carra : aku sudah merevisinya dan menitik-nitikkan, makasih
Mba Diah : Roni butuh uang dan sangat sayang adiknya, kata Roni mau holiday dulu
Mba Vanisa : Aku ingin kata Ririn
Mba Nunung : Iya mba Nunung, semoga ada jalan lain ya,
Mba Matris : Aduh, Rono enggak kepikiran ya?
Balas dendam si mantan bos nih ceritanya :)
Mba Lianny : ada kesan seperti itu, bosnya sebel juga nich
Bagusss :D
Ooo..., tadinya mau ikutan kritik, tapi udah direvisi ya, gak jadi deh :D
Mantabs
wow, sangat membela adiknya :)
Mba Hairi : makasih ya, semangatnya
Mba Helda : hihiiii, terlambat ya? lagi belajar mba, banyak masukan aku sukaaaaa sekali
Mba Rini : mau menerima masukan dan tahu salahnya di mana. dan aku suka cerita ini, jadi ya mantab dech.
Miss Rohma : sangat,
makasih ya sudah mampir.
bunuh2 hihi