Rss Feed
  1. Semburat Senja

    Sunday 7 April 2013

    Minggu pagi menjadi begitu indah buatku. Langit ikut berbahagia, kegiatanku  berakhir sukses. Sudah dua kali aku mengikuti kegiatan membaca puisi, di sebuah taman kota. Kegiatan yang menyita waktuku, senin-sabtu aku kuliah dari pagi hingga sore, tak ada waktu untuk yang lain.

    "Kok, masih bengong? enggak langsung pulang?"
    "Belum, Bang"
    "Tunggu yang jemput?"
    "Sepertinya..."
    "Aku temenin yach?"

    Sekilas, aku lihat Bang Ali, seksi sibuk di komunitas ini , lumayan tampan. Aku, tidak menunggu siapa-siapa.
    "Bang Ali, enggak ada kegiatan lain?"
    "Enggak, harusnya sich jemput cewekku"


    Wah...pupus dech. Aku tersenyum geli. Masa aku menyukai orang, yang baru dua kali, ketemunya?.
    "Lho? kasihan dong, udah jemput saja, Bang. Aku sendirian enggak apa-apa, masih banyak yang lain juga, kok!"
    "Enggak apa-apa,"


    Langit mulai senja, aroma romantisku menanti untuk berlabuh. Hatiku mulai bersemi, ketika Bang Ali, bertanya.
    "Puisi tentang penantian cinta, yang kamu bawakan, real?"
    "Imaginasi saja, Bang,"
    "Pacarmu mendukung kegiatanmu?"
    "Mendukung sekali, Bang,"

    Tidak ada yang menjemputku, pun pacarku. Pesan singkat di handphoneku tadi pagi, tolong, ke rumah sekarang. Aku tidak menggubris. Aku tulis dalam pesan balasan, tolong, mengertilah aku. Setelah itu, aku meluncur kesini, tanpa restu dari pacarku.

    "Asyik dong, punya pacar yang perhatian"
    "Begitulah..."

    Pesona Bang Ali, membuyarkan wajah pacarku. Entah, hari ini aku begitu meragukan pacarku. Minggu kemarin, dia menolak ajakkanku. "Aku ada keperluan Lit," jawab dia. "Tapi aku pingin dianter kamu!" pintaku. "Aku tidak bisa, Lit".

    "Langitnya indah ya?"

    Aku terhipnotis melihat ke langit. Baru kali ini, aku menikmati senja bersama lelaki. Pacarku, tak pernah mau kuajak melihat langit di senja hari. Aku mulai memikirkan, betapa pacarku tak pernah seromantis lelaki di sebelahku.  Aku menjalani masa berpacaran begitu indah. Hingga hitungan tiga bulan terakhir ini, aku semakin sering merasa galau, Aldi menjadi begitu jauh.

    "Eh, ngomong-ngomong, kok belum dijemput sich? takut pacarmu lupa lho?" tanya Bang Ali.  Aku sudah berbohong, apakah aku harus berbohong untuk kesekian kalinya, lagi?.

    "Kalau mau pulang, pulang saja, Bang!" seruku.
    "Enggak apa, aku temenin kamu,"

      Tiba-tiba aku sangat merindukan sosok Aldi. Akhirnya aku membuka handphoneku.

    "Nah, gitu dong, ditelepon pacarnya,"
    "Iya, enggak kepikiran dari tadi, ada cowo tampan sich!"

    Aku mulai membuka layar sentuhku, ada banyak pesan, panggilan tak terjawab. Hatiku begitu berdebar, sebanyak inikah? Aku mulai panggilan terakhir, Ibuku? langsung ke pesan saja, Ibuku juga? 

    "Dari mana saja, telepon tidak diangkat-angkat! Kakak Aldi menelepon rumah, mereka sedang di UGD RS Daerah dari siang. Sekarang mereka membawa jenazah Aldi ke rumah. Kamu kemana saja!"

    Ibu becandakah? aku mulai membuka pesan-pesan, sebelumnya. Air mataku menetes seperti air bah. Dari Mba Nita, Kakak Aldi.

    "Tiga bulan yang lalu, Aldi terkena serangan jantung. Aldi punya penyakit jantung bawaan. Sekarang sedang di ICU," kulihat waktu mengirim pesan, jam 16.00 sore. Ah...itu baru saja. Ketika aku sedang meragukan sosok Aldi. Kini, Semburat senja meratapi rasa yang tak dapat aku ungkapkan, Aku jatuh, hilang tak ada suara.





  2. 2 comments:

    1. Santi Dewi said...

      waaahhh.... sedih :(

    2. Unknown said...

      Ah ga mau cerita ginian...:'{

    Post a Comment